- IKA 588 Gelar Halal Bihalal, Alumni dari Berbagai Daerah Hadir
- Rumpun Keluaga Sinjai Bulukumba Tunjuk Sumardi Sunusi Jadi Ketua Sibuk
- Buka Puasa di Dinas Sosial Sulsel Membawa Kenangan Tersendiri
- Buka Puasa Bersama Pizza HUT Indonesia Serentak di 16 Kota dan Kabupaten
- Di Tangan Patta Rahman SMA Negeri 11 Sinjai Raih Prestasi Nasional
- Haji Badris Pengusaha Sukses Asal Sinjai yang Peduli Kaum Duafa
- Ambarala dan Haji Badris Buka Puasa Bersama Dengan Ribuan Warga Bulupoddo
- Berbagi Takjil di Mesjid Kelurahan Rappocini, Ketua SDP Sulsel : Semoga Kita Beri Keberkahan Semua
- Jelang Berbuka Puasa, Kabid Perhubungan Kabupaten Gowa Ngopi Untuk Memperkuat Silahturahmi
- Bupati Gowa Launching Mall Pelayanan Publik untuk Masyarakat Kabupaten Gowa
Monumen Buluballea, Hanya Dirawat Masyarakat Tombolo
Keterangan Gambar : Kompleks Monumen Buluballea
Intiberita - Sebuah monumen perjungan rakyat sulsel yang tidak ingin dijajah Belanda meninggalkan cerita yang miris setelah dibangun oleh Kodam XIV Hasanuddin tahun 1973 lalu. Betapa tidak, monumen yang diresmikan Pangkowilhan III Letjen AJ Witono 11 Desember 1973 itu terkesan tidak diurus.
Untung saja sejumlah tokoh masyarakat dan anak anak pejuang di daerah itu mau urungan mengumpulkan dana untuk memeiharanya, dengan merenovasi sedikit demi sedikit agar tuguh ini terkesan sebuah situs bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan RI.
Baca Lainnya :
- Monumen Buluballea, Hanya Dirawat Masyarakat Tombolo0
- Tim Penyuluh Sosial Dinas Sosial Sulsel Terus Gencar Menginisiasi Kegiatan Penyuluhan Sosial0
Monumen ini mengisahkan sejarah, dimana 16 Desember 1946, Aspirant Cotroleur Belanda Gowa F.R. Westhoff diantar HBA Malino Andi Manggerangi tiba di Tombolo Pao. Tujuannya membujuk rakyat dgn membagi-bagi bahan sandang dan pangan, agar rakyat tetap setia kepada Pemerintah Kolonial Belanda dan menerima hasil Konperensi Malino yg dilaksanakan di Malino 15 - 25 Juli 1946 , yakni berdirinya Negara Indonesia Timur.
Karaeng Paddi sebagai pimpinan Kelaskaran KRIS Tombolo Pao, menganggap bahwa kedatangan Belanda ini merupakan mangsa empuk baginya yg tetap setia kepada Proklamasi 17 Agustus 1945.
Karaeng Pado' bersama saudaranya Karaeng Teya dan anggota-anggotanya ingin menghabisi Belanda itu di Tombolo Pao, tapi atas permintaan Andi Mangngerangi dan Aru' Pao Andi Baso Makkumpalle, agar niat tersebut jangan dilakukan di Tombolo Pao, dgn perhitungan Balanda akan melakukan serangan membumi hanguskan Tombolo Pao kalau dilaksanakan di Tombolo Pao.
Maka disepakati oleh Karaeng Pado' dan Andi Mangerangi eksekusi dilaksanakan di Buluballea, 10 km arah Tmur Malino-Sinjai
Siasat diatur oleh Andi Manggerangi, Karaeng Pado' ikut numpang di Mobil Belada dgn alasan ingin silaturahim dgn keluarga di Malino. Tiba di Bulu'ballea, topi Andi Manggerangi jatuh dan minta agar sopir menghentikan mobil.
Mobil berhenti Karaeng Pado' langsung duet satu lawan satu dgn Belanda dan berhasil menewaskan F.R. Wasthoff dgn sebilah badik.
Namun dengan euforia kemenangan yg membuatnya lalai, Karaeng Pado' tiba² ditikam dari belakang sebilah sangkur oleh sopir Belanda yang bernama Baba Tiong Cina asal Sungguminasa yg mengakibatkan Karaeng Pado' juga gugur di tempat. Karena itu peristiwa ini ditandai dengan dibangunnya monumen perlawanan rakyat yang terjadi 17 Desember 1946.
Monumen Perjuangan Buluballea di bangun pada Desember 1973 oleh Bagian Sejarah Kodam XIV Hasanuddin dan diresmikan oleh Panglima Kowilhan III Letjen A.J. Witono pada tanggal 11 Desember 1973.
Monumen perjuangan rakyat ini mestinya mendapat perhatian pemerintah daerah, baik itu Pemkab Gowa maupun Pemda Sulsel. Kendati pun demikian, masyarakat di wilayah Tombolo Pao masih setia memeliharanya. Dibuktikan pada momen 17 Agustus ini, Chaeril Muin sang tokoh madyarakat di wilayah itu, bergotong royong memeliharanya. Hznya saja keinginan masyarakat untuk memelihara situs bersejarah ini secara rutin, harus mendapat dukungan dan bantuan dari pemerintah, khususnya Pemerintah Daerahnya.(ist).